Menatap Asa Menuju World Class University
perm_identity ADI Moderator v2 query_builder Mar 6, 2024



Mohammad Nur Rianto Al Arif (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah)

 

    Saat ini, hampir semua perguruan tinggi di Indonesia mencantumkan dalam visinya untuk menjadi perguruan tinggi terkemuka apakah di Tingkat Asia Tenggara, Asia, atau bahkan internasional. Pertanyannya apakah kondisi yang ada saat ini sudah mampu mengarahkan perguruan tinggi di Indonesia untuk menjadi perguruan tinggi kelas dunia (world class university)? Artikel ini mencoba membahas kondisi terkini dari Pendidikan tinggi di Indonesia, kemudian tantangan apa yang dihadapi ketika kita mencanangkan untuk menjadi perguruan tinggi kelas dunia, dan apa  strategi akselerasi yang dapat ditempuh untuk mencapainya tujuan tersebut.

Kondisi Pendidikan Tinggi di Indonesia

            Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa data terkini terkait kondisi Pendidikan tinggi di Indonesia. Hal pertama yang akan kita coba bahas ialah terkait dengan kualitas dosen. Berdasarkan data per tahun 2021, jumlah dosen yang memiliki kualifikasi Doktor (S3) hanya berkisar 18,48% sedangkan sisanya yaitu sebesar 81,56% masih berkualifikasi magister. Kondisi ini paling timpang terjadi pada dosen di perguruan tinggi swasta, dimana dosen yang berkualifikasi doktor masih dibawah 15%.

            Kondisi kedua ialah terkait dengan jumlah publikasi ilmiah yang dihasilkan oleh peneliti asal Indonesia. Berdasarkan data Scimago Journal & Country Rank tahun 2022, jumlah publikasi ilmiah asal Indonesia pada jurnal terindeks Scopus sebanyak 43.300 dokumen. Jumalh ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-25 dari 243 negara. Jumlah publikasi ilmiah ini turun 16,9% jika dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 52.079 dokumen. Lima besar negara yang menghasilkan publikasi ilmiah ialah China (lebih dari 1 juta dokumen), Amerika Serikat (lebih dari 697 ribu dokumen), India (lebih 273 ribu dokumen), Inggris (lebih dari 234 ribu dokumen), dan Jerman (lebih dari 200 ribu dokumen). Apabila kita lihat kondisi lebih detail di dalam negeri, lima besar institusi yang menghasilkan publikasi pada jurnal terindeks Scopus berdasarkan data di Sinta ialah Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Universitas Airlangga.

            Kondisi ketiga ialah sampai saat ini belum ada perguruan tinggi dari Indonesia yang masuk dalam Top 100 pemeringkatan QS WUR. Berdasarkan data QS WUR tahun 2023, hanya 5 perguruan tinggi asal Indonesia yang mampu masuk dalam Top 500 QS WUR. Adapun peringkat perguruan tinggi asal Indonesia ialah Universitas Indonesia (peringkat 237), Universitas Gadjah Mada (peringkat 263), Institut Teknologi Bandung (peringkat 281), Universitas Airlangga (peringkat 345), dan Institut Pertanian Bogor (peringkat 489).

            Pada tahun 2024 terdapat sedikit penambahan indikator yaitu jaringan riset internasional (international research network), luaran pekerjaan (employment outcomes)¸ dan keberlanjutan (sutainability). Ketiga indikator baru tersebut diberi bobot 5%. Kemudian terdapat tiga indikator yang mengalami perubahan bobot, seperti reputasi akademik (academic reputation) semula 40% saat ini menjadi 30%, reputasi Perusahaan tempat bekerja alumni (employer reputation) semula 10% saat ini menjadi 15%, dan rasio dosen mahasiswa (faculty student ratio) semula 20% saat ini menjadi 10%. Sedangkan tiga indikator lainnya tidak mengalami perubahan bobot yaitu tingkat kutipan dosen (citation per faculty) tetap 20%, rasio dosen internasional (international faculty ratio) tetap 5%, dan rasio mahasiswa asing (international student ratio) tetap di angka 5%.

Tantangan yang Dihadapi

Selanjutnya kita akan membahas tantangan apa saja yang dihadapi oleh perguruan tinggi di Indonesia untuk mengejar World Class University. Tantangan pertama yang dihadapi ialah terkait dengan kualitas sumber daya manusia, serta sebarannya yang kurang merata. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa persentase dosen yang sudah memenuhi kualifikasi doktor masih sangat timpang antara perguruan tinggi negeri dengan perguruan tinggi yang dikelola oleh swasta. Salah satu kendala yang muncul terkait dengan peningkatan kualifikasi dosen ialah ketersediaan beasiswa studi lanjut yang tidak seimbang dengan jumlah dosen di Indonesia.

Tantangan berikutnya ialah terkait dengan kuantitas dan kualitas riset serta publikasi ilmiah, terutama publikasi internasional. Padahal publikasi internasional merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan pengakuan sebagai world class university. Salah satu penyebab masih minimnya riset dan publikasi adalah paradigma para dosen yang masih menganggap bahwa profesi dosen hanya fokus mengajar, sehingga waktunya dihabiskan hanya untuk mengajar kemana-mana. Bahkan sampai muncul anekdot di beberapa perguruan tinggi bahwa jangankan berpikir kualitas riset, masih ada dosen yang mau melakukan riset saja itu sudah bagus. Padahal publikasi yang berkualitas dihasilkan oleh riset yang berkualitas.

Tantangan ketiga ialah terkait infrastruktur dan teknologi. Salah satu prasyarat agar perguruan tinggi dapat bersaing di Tingkat global ialah harus memiliki fasilitas terkini dan teknologi yang canggih. Fasilitas laboratorium yang dimiliki harus menggunakan teknologi terkini agar hasil riset yang dihasilkan semakin akurat. Kemudian perguruan tinggi harus mampu melanggan berbagai database baik sifatnya data maupun jurnal internasional. Selain itu, aksesibilitas dan lingkungan kampus harus nyaman agar dapat meningkatkan daya tarik kampus bagi mahasiswa dan peneliti.

Tantangan keempat ialah terkait dengan keuangan dan investasi. Meningkatkan kualitas Pendidikan dan penelitian memerlukan investasi keuangan yang besar. Keterbatasan anggaran menjadi hambatan bagi sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia. Keterbatasan anggaran ini menjadi salah satu pertimbangan pemerintah mendorong lebih banyaknya alih status perguruan tinggi negeri menjadi perguruan tinggi negeri berbadan hukum. Hal ini menjadikan perguruan tinggi dapat lebih fleksibel dalam mengelola keuangannya.

Tantangan selanjutnya ialah kurangnya keragaman internasional pada lingkungan kampus, baik dari sisi tenaga pengajar dan mahasiswa asing. Perguruan tinggi perlu menciptakan lingkungan yang multicultural dan mendukung kolaborasi internasional untuk meningkatkan perspektif mahasiswa dan staf. Namun untuk mendatangkan tenaga pengajar (dosen) dari internasional membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Hal ini tentu sekali lagi menjadi kendala bagi sebagian perguruan tinggi di Indonesia.

 

Strategi Akselerasi

            Lalu dari tantangan yang telah dijelaskan tersebut, berikutnya kita akan bahas strategi yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengakselerasi perguruan tinggi di Indonesia dapat mencapai perguruan tinggi kelas dunia. Strategi pertama, ialah melakukan proses rekrutment dosen yang berkualitas internasional dan mendorong insentif serta kondisi kerja yang mendukung. Pemerintah dapat memberikan subsidi khusus agar perguruan tinggi dapat mengontrak beberapa dosen dari internasional untuk mau mengajar dan riset di perguruan tinggi di Indonesia.

            Strategi kedua ialah meningkatkan alokasi jumlah beasiswa bagi para dosen untuk melanjutkan studi doktornya. LPDP dapat menghentikan sementara waktu beasiswa bagi para fresh graduate dan fokus untuk menambah alokasi beasiswa bagi para dosen baik dalam maupun luar negeri. Selain itu, beberapa program lainnya seperti short-course dan mobility program dapat ditambahkan alokasinya, terutama bagi para dosen dari kawasan timur Indonesia dan perguruan tinggi swasta.

            Strategi ketiga ialah perguruan tinggi perlu meningkatkan infrastruktur kampus. Hal ini dapat dilakukan dengan menginvestasikan dana untuk membangun dan meningkatkan fasilitas kampus, termasuk laboratorium, perpustakaan, dan sarana olahraga. Selain itu, perguruan tinggi perlu menyediakan akses ke teknologi terkini untuk mendukung pembelajran dan penelitian. Perguruan tinggi harus kreatif dalam mencari sumber pendanaan baik dari unit bisnis yang dimiliki maupun kolaborasi dengan dunia industri.

            Strategi berikutnya ialah rekrutmen mahasiswa dari berbagai negara untuk menciptakan lingkungan belajar yang multikultural. Pemerintah perlu mendukung pendanaan bagi para perguruan tinggi untuk menyediakan beasiswa kompetitif untuk menarik mahasiswa berprestasi dan berpotensi dari seluruh dunia.

            Selanjutnya ialah mendukung inisiatif penelitian yang berkualitas tinggi dan berdampak positif pada masyarakat global. Riset yang berkualitas dapat diukur dengan jumlah kutipan, semakin banyak artikel yang dihasilkan dikutip oleh peneliti lain terutama peneliti internasional menunjukkan semakin berkualitas riset yang dihasilkan. Kemudian, sebagaimana yang diinginkan oleh Presiden ialah riset yang dihasilkan tidak berhenti hanya sampai publikasi di jurnal-jurnal internasional dan nasional, tetapi riset terapan yang digunakan oleh pemerintah, swasta, dan industri. Proses hilirisasi riset perlu menjadi salah satu perhatian dari perguruan tinggi.

            Strategi lainnya ialah memasukkan pengembangan keterampilan lunak (soft skills), kepemimpinan, dan etika dalam kurikulum untuk membentuk lulusan yang berdaya saing global. Mahasiswa perlu didorong untuk berpartisipasi dalam proyek dan kompetisi internasional sehingga dapat mengasah keterampilan praktis dan meningkatkan reputasi universitas. Program seperti mobility program dan short-course dapat menjadi salah satu contoh kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dari mahasiswa selain pengetahuan teknis yang didapat pada saat perkuliahan.

            Strategi terakhir ialah terkait peningkatan manajemen universitas. Perguruan tinggi negeri badan hukum tentu harus memiliki pola pikir yang berbeda. Perguruan tinggi harus memperkenalkan sistem manajemen yang efisien dan transparan untuk mendukung pengambilan Keputusan strategis. Dalam proses pemilihan pucuk pimpinan, proses harus dilakukan secara transparan sehingga akan dipilih pimpinan perguruan tinggi yang memiliki visi untuk mengembangkan perguruan tinggi. Politisasi kampus harus dapat diminimalkan, karena tensi politik kampus yang terlalu tinggi justru hanya akan menjadikan kampus jalan di tempat dan tidak dapat melakukan inovasi.

Mewujudkan World-Class University di Indonesia memerlukan komitmen yang kokoh, kerjasama antara berbagai pihak, dan perubahan yang mendalam dalam pendekatan pendidikan dan penelitian. Peningkatan kualitas pendidikan dan riset, bersama dengan investasi yang tepat, merupakan langkah-langkah kunci untuk mengatasi tantangan tersebut. Melalui penerapan strategi ini secara komprehensif, perguruan tinggi di Indonesia dapat meningkatkan kualitas dan reputasi mereka secara global, mendekati status World-Class University yang diidamkan. Semoga hal ini menjadi perhatian serius bagi pemimpin baru Indonesia.